BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti “dengan” dan kata tattein yang bearti “menempatkan” jadi secara etimologi bearti : menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Banyak ahli telah mengemukakan penjelasan ataupun batasan sintaksis. Ada yang mengatakan bahwa sintaksis merupakan bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk kalimat, klausa, dan frase (Ibrahim, dkk:1). Sintaksis itu mempelajari hubungan gramatikal di luar batas kata, tetapi di dalam satuan yang kita sebut kalimat (Verhaar, 1981:70).
Frase, klausa, dan kalimat adalah satuan bahasa. Konstruksinya disebut konstruksi sintaksis. Dilihat dari tatanan unsur-unsur pembentuknya, frase, klausa, dan kalimat itu merupakan konstruksi, yang secara khas disebut sintaksis karena konstruksi-konstruksi itu dibahas dan dikaji dalam subdisiplin sintaksis. Atas dasar pemikiran itu dikenal konstruksi frase, konstruksi klausa, dan konstruksi kalimat (Suparno, 1987:7).
Banyak permasalahan yang sering kita temui dalam sintaksis namun, di dalam makalah ini penulis hanya menyajikan topik seputar kalimat imperatif dari beberapa sumber buku dan juga sumber elektronik sebagai sumber tambahan.
RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang di bahas dalam makalah ini adalah “Apa yang dimaksud dengan kalimat imperatif?”
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti “dengan” dan kata tattein yang bearti “menempatkan” jadi secara etimologi bearti : menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Banyak ahli telah mengemukakan penjelasan ataupun batasan sintaksis. Ada yang mengatakan bahwa sintaksis merupakan bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk kalimat, klausa, dan frase (Ibrahim, dkk:1). Sintaksis itu mempelajari hubungan gramatikal di luar batas kata, tetapi di dalam satuan yang kita sebut kalimat (Verhaar, 1981:70).
Frase, klausa, dan kalimat adalah satuan bahasa. Konstruksinya disebut konstruksi sintaksis. Dilihat dari tatanan unsur-unsur pembentuknya, frase, klausa, dan kalimat itu merupakan konstruksi, yang secara khas disebut sintaksis karena konstruksi-konstruksi itu dibahas dan dikaji dalam subdisiplin sintaksis. Atas dasar pemikiran itu dikenal konstruksi frase, konstruksi klausa, dan konstruksi kalimat (Suparno, 1987:7).
Banyak permasalahan yang sering kita temui dalam sintaksis namun, di dalam makalah ini penulis hanya menyajikan topik seputar kalimat imperatif dari beberapa sumber buku dan juga sumber elektronik sebagai sumber tambahan.
RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang di bahas dalam makalah ini adalah “Apa yang dimaksud dengan kalimat imperatif?”
TUJUAN
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan mengenai kalimat imperatif bagi pembaca.
MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini, yaitu dapat menjadi tambahan pengetahuan para pembaca pada mata kuliah Sintaksis khususnya pada topik mengenai kalimat imperatif.
BAB II
PEMBAHASAN
KALIMAT IMPERATIF
Menurut Harimurti Kridalaksana (2009:104) kalimat imperatif merupakan kalimat yang mengandung intonasi imperatif dan pada umumnya mengandung makna perintah atau larangan; dalam ragam tulis ditandai oleh (.) dan (!). Kalimat imperatif atau kalimat perintah ini berfungsi untuk meminta atau melarang seseorang untuk melakukan sesuatu. Kalimat ini dipakai apabila penutur/orang yang berbicara ingin menyuruh atau melarang orang melakukan (berbuat) sesuatu.
Misalnya:
Pahami kesalahan Anda.
Pastikan pintu dalam keadaan terkunci.
Dilarang merokok di ruangan ini!
Perintah dapat berupai suruhan yang keras hingga permintaan yang sangat halus. Begitu pula suatu perintah dapat ditafsirkan sebagai pernyataan mengijinkan seseorang untuk mengerjakan sesuatu, atau menyatakan syarat untuk terjadinya sesuatu.
Suatu perintah dapat pula berbalik dari menyuruh berbuat sesuatu menjadi mencegah atau melarang berbuat sesuatu. Makna mana yang didukung oleh kalimat perintah tersebut, tergantung pula dari situasi yang dimasukinya. Berdasarkan strukturnya kalimat imperatif dapat digolongkan menjadi empat golongan yaitu :
Kalimat Suruh Sebenarnya
Kalimat suruh yang sebenarnya ditandai oleh pola intonasi suruh. Selain itu apabila predikatnya terdiri dari kata verbal intrasitif. Bentuk kata verbal itu tetap, partikel -lah dapat ditambahkan pada kata verbal itu untuk menghaluskan perintah. subjeknya yang berupa persona kedua bisa ada bisa juga tidak. Misalnya:
Duduk!
Beristirahatlah!
Datanglah engkau ke rumahku!
Tertawalah engkau sepuas puasnya!
Berangkatlah sekarang juga!
Apabila predikatnya terdiri dari kata verbal transitif, selain ditandai oleh intonasi suruh juga ditandai dengan tidak adanya prefiks meN- pada kata verbal transitif itu. Partikel -lah dapat ditambahkan pada kata verbal itu untuk menghaluskan suruhan. Misalnya:
Belilah buku ke toko buku gramedia!
Carilah buku baru ke perpustakaan!
Pakai baju yang bersih!
Minumlah susu dahulu!
Ambillah buku itu!
Apabila kata kerja transitif itu digunakan secara absolut, maksudnya tidak diikuti objek, prefiks meN- itu tidak hilang. Misalnya: Kalau Sdr. ingin menjahit, menjahitlah di sini!
Untuk memperhalus suruhan, disamping menambah partikel -lah, kata tolong dapat dipakai di muka kata kerja yang benefaktif, ialah kata kerja yang menyatakan tindakan yang dimaksudkan bukan untuk kepentingan pelakunya. Misalnya:Tolong ambilkan minuman saya!
Kalimat Persilahan
Selain ditandai oleh pola intonasi suruh. Kalimat persilahan ditandai juga oleh penambahan kata silahkan yang diletakkan di awal kalimat. S kalimat boleh dibuang boleh juga tidak. Misalnya:
Silahkan Bapak duduk disini!
Kalimat Ajakan
Di samping ditandai oleh pola intonasi suruh, kalimat ini ditandai oleh adanya kata-kata ajakan, ialah kata mari, ayo yang diletakkan di awal kalimat. Partikel -lah dapat ditambahkan pada kedua kata yaitu menjadi marilah, atau ayolah. S boleh dibuang boleh juga tidak. Misalnya:
Mari kita berangkat sekarang!
Marilah belajar ke perpustakaan pusat!
Ayo kita bermain sepak bola!
Ayolah duduk di depan!
Kalimat Larangan
Disamping di tandai oleh pola intonasi suruh, kalimat larangan ditandai penggunaan kata jangan di awal kalimat. Partikel -lah dapat ditambahkan pada kalimat tersebut untuk memperhalus kalimat. S kalimat boleh dibuang, boleh tidak. Misalnya:
Jangan suka menyakiti hati orang!
Jangan dibawa pulang buku itu!
Janganlah membuang sampah di sembarang tempat!
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan dalam Bab II maka dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain :
Kalimat imperatif atau kalimat perintah adalah kalimat berfungsi untuk meminta atau melarang seseorang untuk melakukan sesuatu.
Kalimat imperatif biasanya ditandai dengan penggunaan tanda (!), partikel –lah, kata jangan, mohon dan lain-lain.
Berdasarkan strukturnya, kalimat imperatif atau kalimat suruh dapat dibagi menjadi empat, yaitu: kalimat suruh sebenarnya, kalimat persilahan, kalimat ajakan, dan kalimat larangan.
SARAN
Untuk mengetahui lebih jauh dan lebih banyak bahkan lebih lengkap tentang pembahasan Sintaksis, pembaca dapat membaca dan mempelajari buku-buku Sintaksis dari berbagai pengarang, karena di dalam makalah ini penulis hanya membahas tentang kalimat imperatif.
Di sini penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan penulisan makalah-makalah selanjutnya sangat diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E. Zaenal dan Junaiyah. 2009. Sintaksis. Jakarta: Grasindo.
Kridalaksana, Harimurti. 2009. Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Myjjeje. 2012. “Makalah Sintaksis Kalimat Berita, Tanya, Suruh” dalam http://myjjeje.wordpress.com/2012/06/04/makalah-sintaksis-kalimat-berita-tanya-suruh/ diakses tanggal 22 Oktober 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar